Sabtu, 15 September 2018

PENGABDIAN KECIL NAMUN BERKESAN SAMPAI LUBUK HATI TERDALAM



Cerita ini berawal dari aku yang menjadi salah satu staf di departemen pengabdian masyarakat (PengabMas) Accounting Study Club (ASC) periode 2017. Dari beberapa program kerja PengabMas, salah satunya adalah program kerja konsolidasi dengan BEM KM yaitu proker bina desa. Proker bina desa tersebut diselenggarakan mulai Maret 2017, berlokasi di dusun Sawah, desa Monggol, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunung Kidul. Disana ASC berperan sebagai relawan pengajar, berfokus pada pendidikan di desa binaan. ASC mengikuti bina desa hanya dalam kurun waktu satu bulan, yaitu di bulan April 2017.

ASC bersama BEM KM dan panitia bina desa melaksanakan pengajaran di setiap hari Minggu siang, sekitar pukul 13.00 WIB. Kami (ASC) berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 pagi. Perjalanan yang kami tempuh sekitar 2 jam apabila lalu lintas lancar. Kami tiba di desa Monggol pada waktu makan siang, sehingga kami terkadang memutuskan membawa bekal dan makan siang di tepi jalan raya di desa tersebut. Kebetulan jalan tersebut merupakan jalan menuju beberapa pantai, salah satunya Pantai Sepanjang. Moment makan siang di tepi jalan merupakan moment sederhana namun juga yang paling berkesan. Karena saat itu kami bisa saling lebih akrab dengan bercanda dan bertukar cerita. Tak lupa kami juga membahas materi yang akan disampaikan saat mengajar nanti.
Dalam kegiatan mengajar, murid kami adalah anak-anak TK dan SD di dusun tersebut. Karena letaknya di desa, sepertinya ada perbedaan kurikulum ataupun sistem pembelajaran di SD Monggol dibanding SD-SD di daerah kota Yogyakarta, maupun Kabupaten Sleman. Hal itu kami ketahui dari beberapa anak yang belum menguasai materi yang seharusnya sudah dipahami oleh anak SD setingkat mereka.
Akan menjadi cerita yang panjang kali lebar jika setiap kesematan mengajar aku ceritakan. Maka dari itu, aku akan menceritakan yang paling berkesan diantara yang berkesan saja. Harap maklum J. Di minggu pertama kami bertugas, kami menyampaikan materi tentang bahasa Inggris. Kami berfokus pada materi angka, huruf, anggota tubuh. Di awal kami mengajarkan bagaimana memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Simpel, kami hanya memandu mereka mengucapkan “what’s your name?” dan “hello, my name is .....”. Aku yang sebelumnya tidak pernah terjun dalam kegiatan seperti itu, cukup antusias dalam membimbing beberapa anak. Kebetulan satu orang bertanggung jawab terhadap beberapa anak. Disaat akhir pelajaran, anak-anak berkumpul untuk mereview ulang materi dan menguji pemahaman anak. Saat itu salah satu panitia, secara bergantian menanyakan nama anak dengan bahasa Inggris. Giliran anak bernama Raffi, ia  malu dan tak ingin menjawab. Dengan spontan aku mencoba mendekati dia dan membujuknya untuk menjawab pertanyaan “what’s your name?”. Aku melakukan pendekatan yang menurutku sangat halus, hehehe supaya dia luluh dan nurut untuk mau menjawab pertanyaan. Aku membimbing Raffi untuk mengucapkan “my name is Raffi”. Ia tidak langsung menuruti. Sampai ketiga kalinya ia mau. Betapa bahagianya aku waktu itu, telah mampu membuat anak kecil nurut. Walaupun terbata-bata karena malu, iapun mau menjawab “my name is Raffi”. Disitulah salah satu hal yang paling berkesan dari yang berkesan yang ku dapat dari dusun Sawah, desa Monggol.
Selama lima kali keikutsertaan ASC di kegiatan bina desa BEM KM, aku absen sekali karena harus pulang kampung. Sepertinya ada rasa sedikit menyesal saat itu karena melewatkan kesempatan satu kali untuk bertemu anak-anak Monggol.
Di akhir kontribusi ASC di bina desa, kami melakukan pembelajaran di SDN Monggol. Pada waktu itu, pelaksanaan pembelajaran pada hari Sabtu pagi, yang biasanya Minggu siang. Sengaja, karena kegiatan bina desa tersebut juga bertujuan meningkatkan pendidikan melalui kontribusi pembelajaran di sekolah. Karena pelaksanaannya pagi, tentunya kami dari kampus juga pagi. Jika tidak salah kami berangkat pukul enam pagi dan tiba disana sekita jam delapan kurang. Ketika sampai di parkiran sekolah, kami  disambut anak-anak. Mereka menghampiri kami dan mengajak bersalaman, layaknya murid bersalaman dengan guru. Kami dianggap guru oleh mereka. Menyentuh sekali. Kaget, terharu saat itu, karena aku belum pernah mengalami sebelumnya. Sebelumnya kami berkoordinasi dulu dengan panitia bina desa sekaligus guru di sekolah tersebut, bagaimana pelaksanaannya nanti. Pihak sekolah menyerahkan kepada panitia mengenai pelaksanaanya. Akhirnya kami terbagi menjadi beberapa kelas. Aku lupa pembagiannya waktu itu. Yang ku ingat aku mendapatkan kelas 4, dengan agenda kegiatan menonton film anak. Lucunya, anak kelas lain juga ada yang sembunyi-sembunyi bergabung ke kelas kami demi bisa menonton film, dikarenakan materi setiap kelas memang berbeda-beda. Setelah menonton film, kami (ASC dan panitia bina desa) meminta anak untuk mencari kesimpulan dan pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut. Secara bergantian mereka mengutarakan apa yang mereka pahami dan pelajaran yang mereka dapat. Senangnya melihat semangat mereka. Agenda setelah menonton film adalah permainan. Kami mengajak anak-anak main kapal perang. Dimana anak-anak dan kakak-kakak (volunteer dan panitia) dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok diberi nama pahlawan dan diibaratkan kapal perang yang nantinya akan berperang dengan kapal lain. Dari kami (koordinator) memberi beberapa kata yang berhubungan dengan senjata. Ia akan menyebut salah satu nama kelompok, lalu setiap anggota kelompok  tersebut akan menyebutkan kata senjata tadi. Jika lancar dan selesai, sang pimpinan yang ada di depan akan menunjuk kapal lain untuk hal serupa. Jika kelompok tidak berhasil maka dianggap gugur, kapalnya tenggelam hehehe. Seru bangeeettttt.
Setelah semua kegiatan di hari tersebut berakhir, kami (ASC) pamitan kepada panitia bina desa. Sepatah dua kata disampaikan dari kedua belah pihak. ASC yang sebenarnya ingin lebih lama lagi berkontribusi di bina desa, namun tidak bisa karena harus melaksanakan program kerja lain yang sudah direncakan. Pihak BEM KM dan panitia bina desa yang berterima kasih karena mendapat bantuan pengajar di kegiatan mereka, dan berharap setelahnya ASC tetap bisa membantu kegiatan pengajaran. Tapi semua yang dimulai juga harus diakhiri. Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Apapun itu jika dilakukan dengan senang hati akan membekas di ingatan dan lubuk hati terdalam.
Kegiatan ini merupakan pengalaman pertamaku. Harapannya setelah itu aku bisa berkontribusi dan mengabdi ke masyarakat di kesempatan-kesempatan lain yang akan datang. Semenjak bergabung di Pengabdian Masyarakat, aku merasa jiwa sosialku jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Terjun ke masyarkat sejatinya hal yang menyenangkan. Kegiatan seperti bina desa ini bisa menjadi salah satu bentuk kecil dalam kontribusi mahasiswa untuk perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Mahasiswa juga berasal dari masyarakat, sudah seharusnya ia juga kembali ke masyarakat dengan membawa sumbangsih dengan caranya masing-masing.
Sekian ceritaku. Semoga pengabdianku tidak berhenti disini. Dengan cara apapun itu semoga aku bisa bermanfaat bagi orang-orang sekitarku.
Terima kasih. SALAM PENGABDIAN. J J J

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pink Lollipop Happy Cute Box Frog