Cerita ini berawal dari aku yang
menjadi salah satu staf di departemen pengabdian masyarakat (PengabMas) Accounting
Study Club (ASC) periode 2017. Dari beberapa program kerja PengabMas, salah
satunya adalah program kerja konsolidasi dengan BEM KM yaitu proker bina desa.
Proker bina desa tersebut diselenggarakan mulai Maret 2017, berlokasi di dusun
Sawah, desa Monggol, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunung Kidul. Disana ASC
berperan sebagai relawan pengajar, berfokus pada pendidikan di desa binaan. ASC
mengikuti bina desa hanya dalam kurun waktu satu bulan, yaitu di bulan April
2017.
ASC bersama BEM KM dan panitia bina
desa melaksanakan pengajaran di setiap hari Minggu siang, sekitar pukul 13.00
WIB. Kami (ASC) berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 pagi. Perjalanan yang
kami tempuh sekitar 2 jam apabila lalu lintas lancar. Kami tiba di desa Monggol
pada waktu makan siang, sehingga kami terkadang memutuskan membawa bekal dan
makan siang di tepi jalan raya di desa tersebut. Kebetulan jalan tersebut
merupakan jalan menuju beberapa pantai, salah satunya Pantai Sepanjang. Moment
makan siang di tepi jalan merupakan moment sederhana namun juga yang paling
berkesan. Karena saat itu kami bisa saling lebih akrab dengan bercanda dan
bertukar cerita. Tak lupa kami juga membahas materi yang akan disampaikan saat
mengajar nanti.
Dalam kegiatan mengajar, murid kami
adalah anak-anak TK dan SD di dusun tersebut. Karena letaknya di desa,
sepertinya ada perbedaan kurikulum ataupun sistem pembelajaran di SD Monggol
dibanding SD-SD di daerah kota Yogyakarta, maupun Kabupaten Sleman. Hal itu
kami ketahui dari beberapa anak yang belum menguasai materi yang seharusnya
sudah dipahami oleh anak SD setingkat mereka.
Akan menjadi cerita yang panjang
kali lebar jika setiap kesematan mengajar aku ceritakan. Maka dari itu, aku
akan menceritakan yang paling berkesan diantara yang berkesan saja. Harap
maklum J. Di minggu pertama kami bertugas, kami menyampaikan
materi tentang bahasa Inggris. Kami berfokus pada materi angka, huruf, anggota
tubuh. Di awal kami mengajarkan bagaimana memperkenalkan diri dalam bahasa
Inggris. Simpel, kami hanya memandu mereka mengucapkan “what’s your name?” dan “hello,
my name is .....”. Aku yang sebelumnya tidak pernah terjun dalam kegiatan
seperti itu, cukup antusias dalam membimbing beberapa anak. Kebetulan satu
orang bertanggung jawab terhadap beberapa anak. Disaat akhir pelajaran,
anak-anak berkumpul untuk mereview ulang materi dan menguji pemahaman anak.
Saat itu salah satu panitia, secara bergantian menanyakan nama anak dengan
bahasa Inggris. Giliran anak bernama Raffi, ia malu dan tak ingin menjawab. Dengan spontan
aku mencoba mendekati dia dan membujuknya untuk menjawab pertanyaan “what’s your name?”. Aku melakukan
pendekatan yang menurutku sangat halus, hehehe supaya dia luluh dan nurut untuk
mau menjawab pertanyaan. Aku membimbing Raffi untuk mengucapkan “my name is Raffi”. Ia tidak langsung
menuruti. Sampai ketiga kalinya ia mau. Betapa bahagianya aku waktu itu, telah
mampu membuat anak kecil nurut. Walaupun terbata-bata karena malu, iapun mau
menjawab “my name is Raffi”.
Disitulah salah satu hal yang paling berkesan dari yang berkesan yang ku dapat
dari dusun Sawah, desa Monggol.
Selama lima kali keikutsertaan ASC
di kegiatan bina desa BEM KM, aku absen sekali karena harus pulang kampung.
Sepertinya ada rasa sedikit menyesal saat itu karena melewatkan kesempatan satu
kali untuk bertemu anak-anak Monggol.
Di akhir kontribusi ASC di bina
desa, kami melakukan pembelajaran di SDN Monggol. Pada waktu itu, pelaksanaan
pembelajaran pada hari Sabtu pagi, yang biasanya Minggu siang. Sengaja, karena
kegiatan bina desa tersebut juga bertujuan meningkatkan pendidikan melalui
kontribusi pembelajaran di sekolah. Karena pelaksanaannya pagi, tentunya kami
dari kampus juga pagi. Jika tidak salah kami berangkat pukul enam pagi dan tiba
disana sekita jam delapan kurang. Ketika sampai di parkiran sekolah, kami disambut anak-anak. Mereka menghampiri kami
dan mengajak bersalaman, layaknya murid bersalaman dengan guru. Kami dianggap
guru oleh mereka. Menyentuh sekali. Kaget, terharu saat itu, karena aku belum
pernah mengalami sebelumnya. Sebelumnya kami berkoordinasi dulu dengan panitia
bina desa sekaligus guru di sekolah tersebut, bagaimana pelaksanaannya nanti.
Pihak sekolah menyerahkan kepada panitia mengenai pelaksanaanya. Akhirnya kami
terbagi menjadi beberapa kelas. Aku lupa pembagiannya waktu itu. Yang ku ingat
aku mendapatkan kelas 4, dengan agenda kegiatan menonton film anak. Lucunya,
anak kelas lain juga ada yang sembunyi-sembunyi bergabung ke kelas kami demi
bisa menonton film, dikarenakan materi setiap kelas memang berbeda-beda.
Setelah menonton film, kami (ASC dan panitia bina desa) meminta anak untuk
mencari kesimpulan dan pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut. Secara
bergantian mereka mengutarakan apa yang mereka pahami dan pelajaran yang mereka
dapat. Senangnya melihat semangat mereka. Agenda setelah menonton film adalah
permainan. Kami mengajak anak-anak main kapal perang. Dimana anak-anak dan
kakak-kakak (volunteer dan panitia) dibagi menjadi empat kelompok. Setiap
kelompok diberi nama pahlawan dan diibaratkan kapal perang yang nantinya akan
berperang dengan kapal lain. Dari kami (koordinator) memberi beberapa kata yang
berhubungan dengan senjata. Ia akan menyebut salah satu nama kelompok, lalu
setiap anggota kelompok tersebut akan
menyebutkan kata senjata tadi. Jika lancar dan selesai, sang pimpinan yang ada
di depan akan menunjuk kapal lain untuk hal serupa. Jika kelompok tidak
berhasil maka dianggap gugur, kapalnya tenggelam hehehe. Seru bangeeettttt.
Setelah semua kegiatan di hari
tersebut berakhir, kami (ASC) pamitan kepada panitia bina desa. Sepatah dua
kata disampaikan dari kedua belah pihak. ASC yang sebenarnya ingin lebih lama
lagi berkontribusi di bina desa, namun tidak bisa karena harus melaksanakan
program kerja lain yang sudah direncakan. Pihak BEM KM dan panitia bina desa
yang berterima kasih karena mendapat bantuan pengajar di kegiatan mereka, dan
berharap setelahnya ASC tetap bisa membantu kegiatan pengajaran. Tapi semua
yang dimulai juga harus diakhiri. Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Apapun itu jika dilakukan dengan senang hati akan membekas di ingatan dan lubuk
hati terdalam.
Kegiatan ini merupakan pengalaman
pertamaku. Harapannya setelah itu aku bisa berkontribusi dan mengabdi ke
masyarakat di kesempatan-kesempatan lain yang akan datang. Semenjak bergabung
di Pengabdian Masyarakat, aku merasa jiwa sosialku jauh lebih baik dibanding
sebelumnya. Terjun ke masyarkat sejatinya hal yang menyenangkan. Kegiatan
seperti bina desa ini bisa menjadi salah satu bentuk kecil dalam kontribusi
mahasiswa untuk perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Mahasiswa juga
berasal dari masyarakat, sudah seharusnya ia juga kembali ke masyarakat dengan
membawa sumbangsih dengan caranya masing-masing.
Sekian ceritaku. Semoga
pengabdianku tidak berhenti disini. Dengan cara apapun itu semoga aku bisa
bermanfaat bagi orang-orang sekitarku.
Terima kasih. SALAM PENGABDIAN. J J J